Senin, Desember 23, 2024
Google search engine
BerandaAdat dan BudayaFESTIVAL TABUT: SIMBOL PEMERSATU KEBERAGAMAN DI BENGKULU

FESTIVAL TABUT: SIMBOL PEMERSATU KEBERAGAMAN DI BENGKULU

Festival Tabut merupakan salah satu perayaan unik dan bersejarah di Indonesia, khusunya di provinsi Bengkulu. Bukan hanya sekedar acara keagamaan, Festival Tabut juga menjadi simbol pemersatu antar berbagai keberagaman suku, agama, dan budaya yang ada di provinsi Bengkulu. Dalam artikel ini kita akan membahas bagaimana Festival Tabut tidak hanyaFe menjadi perayaan spiritual, namun juga sebagai sarana untuk memupuk kerukunan dan kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat Bengkulu.

Tabut merupakan budaya untuk memperingati Tahun Baru Hijriah sekaligus serangkaian kegiatan upacara ritual tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati tragedi Karbala yang terjadi pada abad ke-7 Masehi untuk mengenang wafatnya Husain bin Ali cucu dari Nabi Muhammad SAW, serta untuk mengenang kejayaan Islam pada masa itu. Tabut itu sendiri merupakan replika atau miniatur peti mati yang digambarkan sebagai simbol penghormatan terhadap Imam Husain dan perjuangannya melawan ketidakadilan. (Siroy & Ririn, 2022).

Tradisi Tabut diperkenalkan oleh penyebar agama Islam dari Punjab di bawah pimpinan Imam Maulana Irsyad yang memiliki rombongan berjumlah 13 orang, antara lain: Imam Sobari, Imam Bahar, Imam Sundarai, dan Imam Syamsuddin. Setibanya di Bengkulu pada 1336 Masehi (756/757 Hijriah), mereka langsung melaksanakan serangkaian upacara Ritual Tabut yang diselenggarakan selama 10 hari, yakni akhir bulan Dzulhijjah 765 H sampai dengan tanggal 10 Muharram 757 H. (Siroy & Ririn, 2022)

Namun nama Imam Maulana Irsyad dan kawan-kawan ini kurang dikenal dalam sejarah karena mereka tidak menetap di Bengkulu. Nama yang lebih dikenal dalam sejarah Tabut di Bengkulu adalah Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo). Syekh Burhanuddin tinggal di Bengkulu antara tahun 1965 sampai 1825. Seiring berjalannya waktu, tradisi Tabut saat ini sudah dianggap sebagai budaya daerah provinsi Bengkulu. (Siroy & Ririn, 2022)

Festival Tabut tidak hanya sebagai sebuah peringatan religi, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan budaya yang mendalam. Tradisi ini menjadi media bagi masyarakat Bengkulu untuk mempertahankan identitas budaya, memperkuat solidaritas sosial, serta merayakan multikulturalisme yang ada. Dalam tradisi Tabut, kita dapat melihat dengan jelas bagaimana unsur-unsur budaya saling beradaptasi dan bersintesis. Dari segi Islam Syi’ah, terlihat dalam peringatan tragedi Karbala pada bulan Muharram yang terdapat penggunaan simbol-simbol khas Syi’ah serta bacaan-bacaan doa dan zikir di dalam upacara ritualnya. (Ihsan, Fera, Bekti, 2024)

Kemudian dari segi pengaruh budaya Melayu dapat dilihat pada arsitektur dan ornamentasi tandu Tabut yang mencerminkan ciri khas budaya Melayu, seperti motif-motif kaligrafi, flora, dan sulur-suluran yang menambah keindahan dan kekhasan visual. Selain itu, musik dan tari-tarian tradisional yang menyertai prosesi Tabut juga termasuk dalam budaya melayu. Irama dan melodi musik pengiring Tabut seperti seni gambus dan rebana memiliki ciri khas Melayu yang terdengar khas dan mengiringi rangkaian gerakan tarian-tarian dalam parade Tabut. Bahkan dalam hal tata rias dan kostum, para peserta pawai Tabut juga mengenakan pakaian yang menampilkan gaya Melayu yang kental seperti baju kurung, kain sarung, dan kopiah. (Ihsan, Fera, Bekti, 2024)

Selain dipengaruhi oleh budaya Melayu, unsur-unsur Hindu-Budha juga dapat ditemukan pada tradisi Tabut. Salah satu yang menonjol adalah penggunaan sesaji dan sarana ritual dalam prosesi Tabut. Dalam pelaksanaanya, masyarakat Bengkulu masih mempraktikkan pembuatan dan pemberian sesaji kepada roh-roh yang diyakini bersemayam di makam-makam suci. Jenis sesaji yang digunakan seperti bunga, dupa, serta makanan dan minuman tertentu merupakan warisan dari tradisi persembahan dalam agama Hindu-Buddha. (Ihsan, Fera, Bekti, 2024)

Tradisi Tabut tidak hanya sekedar mengadopsi begitu saja pengaruh dari berbagai budaya, tetapi juga menjadikan masyarakat Bengkulu mampu menyerap, mengolah, dan memadukan berbagai tradisi budaya menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna. Tabut bukan sekedar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi media bagi masyarakat untuk mempererat solidaritas dan kohesi sosial. Festival Tabut menjadi ajang bagi masyarakat untuk berkumpul, berinteraksi, dan mempererat ikatan komunal. Kegiatan gotong royong juga terjadi pada saat mempersiapkan ritual Tabut. Hal ini menjadi sarana bagi masyarakat untuk saling membantu dan mempererat solidaritas. Anak-anak dan pemuda yang terlibat dalam proses ritual, tarian, dan kesenian, merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting dalam melestarikan nilai-nilai budaya Bengkulu dari generasi ke generasi. Perayaan Tabut yang digelar setiap tahun juga menjadi sesuatu yang menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Hal ini sebagai upaya pelestarian dan promosi warisan budaya Bengkulu di tingkat nasional maupun internasional. Ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberagaman budaya.

Festival Tabut memiliki puncak perayaannya pada hari ke-10, yaitu pembuangan Tabut dengan perarakan yang melintasi jalanan kota Bengkulu. Masyarakat dari berbagai etnis dan agama berjalan bersama mengiringi Tabut sambil melantunkan doa, lagu, menabuhkan alat musik dol, dan menampilkan berbagai hiburan rakyat. Acara arak-arakan ini menjadi salah satu momen yang sangat menyentuh, di mana semua orang tanpa memandang latar belakang mereka, dengan harmonisnya bergandengan tangan berjalan bersama dalam semangat kebersamaan. Keikutsertaan masyarakat yang beragam ini menunjukkan bahwa Festival Tabut di Bengkulu bukan hanya perayaan agama Islam semata, melainkan perayaan kerukunan antar umat beragama yang menjadi kekuatan sosial yang mempersatukan semua elemen masyarakat. Dengan ini bisa dikatakan juga bahwa Tabut bukan hanya milik umat Islam, tetapi milik seluruh masyarakat di Bengkulu.

 

 

Penulis: Nadya Sukmawati Dewi – Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments